Melihat dinamika situasi politik terkini, di mana dibentuk koalisi partai politik jelang Pilpres 2024. Terbaru adalah koalisi Gerindra-PKB setelah sebelumnya membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB- Golkar, PAN dan PPP).
Jadi Pilpres 2024 jika pelaksanaannya mengacu pada PT 20% sesuai UU Pemilu 2017, berpotensi dibuka untuk 4 pasangan Capres-Cawapres.
Keempat Capres-Cawapres tersebut antara lain sebagai berikut:
- Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN dan PPP) koalisi ini memperoleh 25,87% kursi di DPR RI dan memperoleh 33.125.559 suara nasional. Pasangan Capres-Cawapres merupakan simulasi Ganjar-Airlangga Hartato. Simulasi ini berpotensi juga dinamai berdasarkan sosok Capres Erick Tohir baik sebagai Capres maupun Cawapres. Namun, nama Airlangga tampaknya tetap menjadi pilihan utama dalam simulasi koalisi KIB, karena maraknya suara Golkar dan perlunya Golkar mengusung sosok Capres/Cawapres 2024.
- Koalisi berikutnya adalah (Nasdem, PKS dan Demokrat) memperoleh 28,50% kursi DPR RI dan memperoleh 35.031.962 suara nasional. Pasangan Capres-Cawapres adalah Anies Baswedan – AHY. Simulasi ini berpotensi juga memasukkan nama-nama lain dari tokoh tak terduga yang sosoknya sangat dekat dengan Anies Baswedan atau memperkuat aneksasi Anies Baswedan. Misalnya sosok Khofifah Indar Parawangsa, atau Jenderal Andika Perkasa berpotensi eksis dalam simulasi pasangan dengan Anies Baswedan, ada juga tokoh lain yang sangat dekat dengan ideologi Islam Nasionalis.
- Berikutnya adalah PDIP, Partai Politik PDIP yang meraih 22,38% kursi DPR RI dengan suara nasional 27.053.961 suara nasional. Kemudian PDIP dapat mencalonkan diri tanpa harus berkompromi. Pasangan Puan Maharani-Sandiaga Uno berpotensi melaju melalui PDIP, dalam simulasi ini berpotensi masuk nama Cawapres Jenderal Andika Perkasa. Nama Puan Maharani diprediksi akan tetap menjadi Capres dengan simulasi pasangan antara Sandiaga Uno atau Jenderal Andika Perkasa.
- Koalisi Gerindra dan PKB dengan perolehan kursi 23,25% dari DPR RI atau 31.164.936 suara secara nasional. Rekannya adalah Prabowo – Muhaimin Iskandar, kedua sosok ini tampaknya tak tergantikan jika kemudian mereka bekerja sama. Prabowo akan menjadi Capres dan Muhaimin-nya sebagai Cawapres.
Namun, itu tidak menutup kemungkinan nama-nama baru muncul di bursa Aneksasi 2024. situasi seperti tahun 2019 bisa saja terjadi, yakni munculnya nama-nama baru, atau bahkan lebih terbelakang di Pemilu 2014 di mana kemunculan Jokowi saat itu juga tergolong sangat cepat dan sempat menutup perundingan presiden dengan elektabilitas tinggi seperti megawati saat itu.
Dan, koalisi ini bisa berubah total kapan saja, bisa jadi Pilpres 2024 hanya melahirkan dua pasangan Capres-Cawapres. Nama-nama yang memiliki elektabilitas tinggi saat ini mungkin tidak dapat maju pada tahun 2024.
Semuanya tentu sangat tergantung pada dinamika peta politik dan elit politik.