JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia melonjak pada kuartal April-Juni karena ledakan ekspor yang didorong oleh melonjaknya harga komoditas, menurut data resmi yang dirilis pada Jumat (5 Agustus), tetapi pengetatan moneter, kenaikan inflasi, dan prospek resesi global tampak besar.
Menurut Badan Pusat Statistik, PDB kuartal kedua naik 5,44 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat pertumbuhan terkuat dalam setahun. Ini melebihi prediksi konsensus peningkatan 5,17 persen dalam survei Reuters, serta pertumbuhan tahunan 5,01 persen pada kuartal pertama.
Ekspor meningkat hampir 20% dari tahun ke tahun, naik dari 16,22% pada kuartal sebelumnya, yang digambarkan oleh biro statistik sebagai "luar biasa."
Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari setengah PDB, pulih lebih lanjut ketika pembatasan COVID-19 dicabut, dengan liburan Idul Fitri pada Mei memberikan dorongan lebih lanjut. Investasi, bagaimanapun, telah mandek.
Industri makanan dan minuman, pertambangan, konstruksi, serta transportasi dan pergudangan tumbuh lebih cepat daripada periode sebelumnya.
Namun, bank sentral Indonesia bulan lalu menyatakan bahwa kenaikan PDB tahun penuh 2022 dari 2021 akan berada di ujung bawah kisaran 4,5% menjadi 5,3%. Sebelumnya telah memprediksi pertumbuhan di tengah kisaran ini.
Ini menurunkan proyeksinya karena kemerosotan ekonomi global akan merugikan ekspor dan kenaikan inflasi domestik akan menghambat tingkat pemulihan konsumsi.
Harga konsumen naik 4,94 persen tahun ke tahun pada Juli, menandai tertinggi tujuh tahun dan ekonom terkemuka untuk mendesak Bank Indonesia menaikkan suku bunga dari posisi terendah di era pandemi.
Sumber: Reuters