KUALA LUMPUR – Meskipun ada larangan ekspor yang mulai berlaku pada 1 Juni, harga ayam di pasar Malaysia tidak menurun dalam beberapa hari terakhir.
Pemeriksaan CNA di berbagai pasar basah minggu ini mengungkapkan bahwa harga belum turun, dengan ayam utuh normal ditawarkan dengan harga lebih tinggi dari harga batas RM8,90 (US$ 2,03) per kilogram.
Mr N Rajaratnam, seorang pedagang ayam di pasar Jalan Othman Petaling Jaya, mengatakan dia mengenakan biaya RM1,50 per kg untuk pemotongan dan pembersihan.
Mr Rajaratnam menjual ayam-ayamnya seharga RM10,50 per kg dengan biaya tambahan.
"Kita juga perlu mencari nafkah." Mungkin harga akan turun setelah Hari Raya Haji (pada bulan Juli). "Kita bisa memenuhi kebutuhan dengan menjual ayam seharga RM10,50 hingga RM11 per kg," tambah Rajaratnam, seperti dikutip CNA.
Mr Rajaratnam, yang menunjukkan pesan dari pemasoknya mengenai kenaikan harga ayam baru-baru ini, mengklaim harganya telah naik beberapa kali lipat sebesar 10 atau 20 sen pada bulan Mei saja, dan bahwa dia sekarang membeli ayam hidup utuh dengan harga sekitar RM7,30 per kg.
Dia mengklaim dia harus menyewa lokasi lain untuk menyembelih ayam-ayam itu sebelum membawanya ke pasar karena pemerintah negara bagian telah melarang penyembelihan di pasar sejak pandemi COVID-19.
Dia mengklaim bahwa setelah sewa, biayanya sekitar RM9 per kg.
"Jika kita diizinkan untuk menyembelih ayam di pasar lagi, kita pasti bisa menurunkan harga kita," tambah Rajaratnam.
Menurut peternak, infeksi penyakit, kondisi cuaca, dan kenaikan harga pakan ayam baru-baru ini berdampak pada produksi ayam.
Malaysia menghentikan ekspor hingga 3,6 juta ayam per bulan pada 1 Juni untuk mengatasi masalah pasokan dan penetapan harga.
"Prioritas pemerintah adalah rakyat kita sendiri," kata Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob setelah mengumumkan larangan itu pada 23 Mei.