Jakarta – Jenderal Andika Perkasa, Kepala Angkatan Bersenjata Indonesia (TNI), telah meminta Organisasi Perdamaian Dunia (WPO) untuk membantu menyelesaikan konflik antarnegara di seluruh dunia.
Jenderal Andika Perkasa membuat komentar itu setelah bertemu dengan banyak anggota eksekutif WPO yang membayar panggilan kehormatan pada hari Sabtu, seperti yang disiarkan di akun YouTube resmi Perkasa.
Dalam pertemuan tersebut, anggota eksekutif WPO meminta kerja sama dan arahan TNI dalam rangka melaksanakan misi perdamaian dunia dan memasang prasasti perdamaian dunia secara simbolis di Papua.
Perkasa menekankan pentingnya keterlibatan Organisasi Perdamaian Dunia dalam mendukung solusi yang lebih normatif untuk konflik antarnegara.
Untuk tujuan itu, penyelesaian masalah antarnegara tidak boleh diserahkan semata-mata kepada organisasi internasional. Dia percaya bahwa organisasi skala domestik dapat membantu mengurangi ketegangan antara pihak-pihak yang bersaing.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa anggota masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menurunkan ketegangan antara pihak-pihak yang bertikai.
Wakil Presiden WPO Bambang Hari menyatakan dalam pertemuan tersebut bahwa WPO yang kini terdiri dari 27 purnawirawan jenderal TNI ini didirikan untuk mendorong pandangan dan kedisiplinan yang berwawasan luas sebagaimana ditentukan oleh TNI.
Jenderal Perkasa dilantik sebagai panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo pada 17 November 2021, menggantikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, yang mencapai usia pensiun 58 tahun pada 8 November 2021.
Menurut pengamat, Papua merupakan kesulitan selama kepemimpinan Perkasa karena konflik bersenjata terus terjadi di Papua dan Papua Barat, terlepas dari upaya terbaik pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal melalui pembangunan daerah.
Dalam beberapa tahun terakhir, Papua telah melihat lonjakan kekerasan terhadap warga sipil dan pasukan keamanan.
Intan Jaya mengalami bulan terburuknya pada September 2020, dengan kelompok bersenjata terkenal melakukan serangkaian serangan yang menewaskan dua militer dan dua warga sipil dan melukai dua lainnya.
Pada 25 April 2021, pemberontak Papua yang beroperasi di Beoga menyergap I Gusti Putu Danny Karya Nugraha, kepala Badan Intelijen Negara Papua, dan aparat keamanan lainnya saat berkunjung ke desa Dambet.
Nugraha meninggal akibat luka tembak.