Jakarta – Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Kimia BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggunakan ragi tempe untuk mengekstrak minyak goreng dan virgin coconut oil (VCO) dari kelapa.
Menurut Teuku Beuna Bardant, penambahan ragi tempe secara otomatis memisahkan minyak dan air di dalam santan karena protein dalam santan yang membantu campuran minyak dan air dimakan oleh ragi.
"Ketika jumlah protein turun, begitu juga fungsinya menjaga stabilitas campuran minyak dan air," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Senin.
"Akibatnya, tidak ada lagi apa pun yang menyatukan molekul minyak dan air, dan keduanya terpisah sendiri," lanjutnya.
Dia mengatakan bahwa minyak diproduksi menggunakan metode basah, yang awalnya memerlukan produksi susu.
Dia menjelaskan bahwa daging kelapa diparut, diolah menjadi susu, lalu ragi tempe ditambahkan ke dalam campuran.
Minyak kemudian dipanaskan hingga 70 derajat Celcius untuk membunuh ragi dan spora yang terkandung di dalamnya, jelasnya.
Proses ini dilakukan dua sampai tiga kali dan biasa disebut sebagai pasteurisasi, katanya.
"Minyak ini lebih sehat untuk kesehatan manusia karena memiliki rantai pendek dan menengah," jelas Bardant.
Karena rantai yang lebih pendek, minyak kelapa dan VCO lebih mudah dikonsumsi. Ketika orang makan minyak seperti itu, tubuh menggunakannya daripada menyimpannya di bawah jaringan kulit, menurut Bardant.
Mengkonsumsi minyak kelapa, katanya, tidak menyebabkan orang menambah berat badan secepat minyak sawit.
Dia juga menyatakan bahwa dia mengantisipasi orang menggunakan minyak kelapa untuk memasak dan minyak sawit untuk bahan bakar energi.
"Orang tidak akan terlalu bergantung pada minyak sawit karena minyak kelapa juga dapat digunakan sebagai minyak goreng," katanya.
Sumber: antara