oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

oklaro

Slot Gacor https://ojs.uscnd.ac.id/ https://lpm.uscnd.ac.id/ https://aplikasi.ppdu.ponpes.id/pon/ GB777 GB777 GB7771

Setelah 50 Tahun, Peneliti Gabungan dari Unas, Rutegers dan Zurich Temukan Pola Makanan Baru Orangutan

  • Share

Selama puluhan tahun kemudian, hasil dokumentasi pola konsumsi kera besar asli Kalimantan menunjukkan bahwa buah-buahan, dedaunan, kulit kayu, bunga, dan serangga merupakan makanan utama orangutan. Sejak tahun 1971, tahun dimana penelitian mengenai orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) pertama dimulai, khususnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, orangutan diketahui tidak pernah menyentuh jenis primata lainnya.

Namun saat ini, atau setelah 50 tahun dimulainya penelitian tentang orangutan, dunia penelitian kera besar kembali menjadi sorotan media. Ini bermula dari terbitnya sebuah jurnal mengenai orangutan kalimantan yang terekam mengkonsumsi kukang.

Peristiwa tersebut terekam pada 27 Desember 2017 di Stasiun Riset Orangutan Tuanan yang berlokasi di Kecamatan Mentangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Peneliti S2 Biologi dari Universitas Nasional, Kristana Parinters Makur merekam langsung orangutan jantan dewasa ‘Molong’ memangsa kukang yang terjadi pada siang hari. Kejadian itu direkam bersama dengan manajer kamp Mardianto dan asisten peneliti Tono.

Dokumentasi ini kemudian ditulis dalam jurnal ilmiah bersama tim peneliti gabungan dari Universitas Nasional, Rutgers University dan Zurich University. Setelah melalui proses yang cukup panjang, karya ilmiah itu pun berhasil diterbitkan pada 17 November 2021 di jurnal Primates yang diterbitkan oleh Springer (https://doi.org/10.1007/s10329-021-00960-4).

Para peneliti yang tergabung dalam penulisan ilmiah tersebut adalah Kristana Parinters Makur, Sri Suci Utami Atmoko, Tatang Mitra Setia, Maria A. Van Noordwijk dan Erin R. Vogel.

“Perilaku memakan daging merupakan kejadian yang sangat langka dalam aktivitas orangutan liar. Berdasarkan data, sampai saat ini dengan jumlah waktu observasi yang sangat panjang (dapat lebih dari 70 ribu jam di masing-masing lokasi riset) dan jumlah peneliti yang cukup besar di lebih dari 5 stasiun riset orangutan (Sumatera dan Kalimantan), hanya terobservasi sekitar 12 kasus orangutan memakan daging,” ujar salah satu peneliti Dr. Sri Suci Utami Atmoko, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/11/2021).

Dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional itu menambahkan, bahwa sebelumnya, kasus orangutan memakan kukang hanya dijumpai di Sumatera, tepatnya di Ketambe dan Suaq Balimbing, dua stasiun riset di Taman Nasional Gunung Leuser, Provinsi Aceh. Kasus di Kalimantan umumnya hanya terkait dengan memakan tikus dan tupai.

Kukang atau Nycticebus sp. sendiri merupakan primata kecil yang cenderung aktif di malam hari dan memiliki bisa beracun. Bisa yang dimiliki hewan itu, disinyalir dapat membuat shock hingga mematikan. Bisa itu berasal dari kelenjar yang terletak dibawah ketiak kukang, dan diaktifkan saat tercampur liur ketika kukang menjilat ketiaknya.

Lebih lanjut, Suci mengatakan bahwa perilaku memangsa kukang oleh orangutan umumnya sama, baik di Sumatera maupun Kalimantan. Berbeda dengan kera besar Simpanse yang memang berburu primata lain, orangutan lebih cenderung hanya bila bertemu dengan kukang.

Ia juga menuturkan, tidak semua perjumpaan orangutan dan kukang berujung pada pemangsaan seperti yang terjadi di Sebangau, Kalimantan Tengah bahwa tidak terjadi perilaku agresif, bahkan kukang bermain bersama dengan remaja orangutan.

“Hasil observasi ini merupakan kasus yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut, karena merupakan dokumentasi pertama orangutan kalimantan terlihat mengkonsumsi primata lainnya setelah 50 tahun berjalannya penelitian kera besar tersebut di Kalimantan. Banyak hal yang menarik dalam mempelajari orangutan. Semakin diteliti, semakin banyak diketahui. Oleh sebab itu, mari kita jaga orangutan dan habitatnya,” kata Dr. Tatang Mitra Setia, Dekan Fakultas Biologi Unas.

Penelitian yang dilakukan di stasiun riset orangutan Tuanan yang berdiri sejak tahun 2003 itu, merupakan stasiun riset kerjasama antara Universitas Nasional dengan berbagai universitas dan lembaga konservasi lainnya di Indonesia (BOSF, BKSDA Kalimantan Tengah, Dinas Kehutanan/KPHL Kalimantan Tengah). maupun luar negeri. beberapa universitas yang digandeng antara lain Rutgers University dari New Jersey, Amerika Serikat dan Zurich University dari Swiss. (*DMS)

  • Share