Pengadaan peralatan pertahanan Indonesia di jalur yang benar: analis

  • Bagikan

Jakarta – Menurut analis pertahanan Beni Sukadis, upaya pemerintah untuk memperbarui alutsista Indonesia berada di jalur yang benar, karena ancaman perang bisa muncul kapan saja.

"Penguatan pertahanan harus dilakukan pada masa tenang untuk mengantisipasi ancaman perang yang dapat muncul kapan saja," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Dia menyatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022, telah berubah menjadi konflik terbuka.

Dia menyuarakan pemikirannya ketika China menunggu tanggapan Amerika Serikat (AS) terhadap krisis Ukraina-Rusia, serta kemungkinan keterlibatan negara adidaya dalam konflik tersebut.

"Jika (AS) terlibat langsung, itu akan memecah konsentrasinya," tambahnya, "sementara China dapat mengambil keuntungan dari kesempatan untuk menyerang Taiwan ketika AS lengah."

Menurut Sukadis, invasi Ukraina menunjukkan bahwa konflik dan perang mungkin meletus kapan saja di negara mana pun.

Akibatnya, Sukadis menyatakan bahwa upaya Indonesia baru-baru ini untuk membeli peralatan pertahanan dipandang sebagai langkah positif.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia berencana memperbarui sistem alutsista dengan membeli jet tempur Dassault Rafale, kapal selam Scorpene, pesawat Airbus A400M, dan kapal fregat Arrowhead.

Pada 10 Februari 2022, Indonesia resmi mengakuisisi enam pesawat tempur Dassault Rafale dari Dassault Aviation di Prancis. Keenam pesawat itu dibeli ketika Kementerian Pertahanan, yang diwakili oleh Kepala Badan Fasilitas Pertahanan Marsekal Yusuf Jauhari, dan perwakilan Dassault Aviation menandatangani kontrak di Jakarta.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Farly juga hadir dan mengamati penandatanganan kontrak.

Sumber: Antara

  • Bagikan