Jakarta – Pertemuan First Trade, Industry, and Investment Working Group (TIIWG) G20 bertujuan untuk mengundang negara-negara anggota, termasuk Amerika Serikat, untuk menyusun kembali badan banding Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Dalam konferensi pers virtual pada hari Jumat, Djatmiko Bris Witjaksono, Direktur Jenderal Negosiasi Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, menyatakan bahwa reformasi WTO adalah salah satu tema yang akan dipertimbangkan di G20 TIIWG.
G20 telah memperdebatkan masalah ini selama empat tahun terakhir.
Ini tetap menjadi titik pertikaian karena WTO saat ini tidak memiliki satu fungsi atau peran, yaitu badan banding, yang merupakan bagian dari proses penyelesaian sengketa WTO.
"Ini disebabkan oleh fakta bahwa semua hakim atau panel telah menyelesaikan masa jabatannya," katanya.
Selain itu, belum ada prosedur seleksi karena Amerika Serikat telah menolak untuk berpartisipasi, lanjutnya.
Namun, badan banding, yang dikenal sebagai mahkota WTO, adalah bagian dari proses penyelesaian sengketa, menurut Witjaksono.
Ini karena badan banding dianggap mampu melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk menyelesaikan perselisihan antara negara-negara anggota WTO daripada sistem di luar WTO.
Untuk tujuan itu, G20 TIWWG akan berusaha untuk mengembangkan kesepakatan di antara negara-negara anggota G20 untuk menekan reformasi WTO.
"Paling tidak, kesamaan antara 20 anggota ini karena mereka merupakan bagian dari ekonomi dan perdagangan dunia secara keseluruhan," katanya.
Diperkirakan bahwa pada akhir KTT, akan ada konsensus yang dapat digunakan sebagai masukan untuk proses reformasi WTO di Jenewa, Swiss.